Kenali Jenis dan Gejala Gangguan Kecemasan juga Sebab di Baliknya

Cemas boleh jadi sesuatu yang biasa jika seorang dalam kondisi stres yang membuat tubuh lebih waspada. Namun kecemasan berubah menjadi sebuah gangguan jika kecemasan mulai dirasakan secara berlebihan, tidak terkontrol dan terjadi berulang tanpa sebab yang jelas.

Lain halnya dengan gangguan kecemasan yang bisa muncul tiba-tiba tanpa pengaruh situasi tertentu dan reaksinya berlebihan hingga membuatmu sulit melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit dikontrol.

 Gangguan kecemasan digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu gangguan panik (panic attack), gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder), dan gangguan kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD). Gejala pada tiap gangguan kecemasan pun berbeda.

1.  Gangguan panik (panic attack)

Pengidap gangguan panik akan mengalami kecemasan berlebihan yang membuatnya mengalami panik secara berulang kali dengan tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Gangguan panik umumnya terjadi selama kurang dari 10 menit.

Gejala yang muncul jika kamu memiliki gangguan panik antara lain:

  •  Jantung berdebar-debar
  • Dada terasa sesak
  • Nyeri di bagian dada
  • Berkeringat
  • Ketakutan
  • Gemetar
  •  Lemas

Jika gangguan panik terjadi, duduklah dengan memejamkan mata. Setelah itu tarik nafas perlahan dalam-dalam melalui hidung, dan hembuskan melalui mulut. Lakukan berulang kali hingga kamu merasa lebih tenang.

2.  Gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder)

Jika kamu merasa cemas dan merasa sangat takut terhadap situasi sosial atau berinteraksi dengan orang lain, bisa jadi kamu mengalami gangguan kecemasan sosial. Rasa takut yang dimaksud seperti berbicara atau melakukan sesuatu di tempat umum.

Seorang yang mengalami gangguan kecemasan sosial akan merasa cemas berlebih terhadap apa yang orang lain pikirkan hingga menganggap hal tersebut akan mempermalukan mereka.

Berikut gejala yang dirasakan pengidap gangguan kecemasan sosial:

  • Takut atau enggan untuk berinteraksi dan menyapa orang lain
  • Tidak percaya diri
  • Takut dikritik atau pemikiran orang lain atas kita
  •  Menghindari bertatap mata dengan orang lain
  • Malu atau takut untuk bepergian ke luar rumah atau saat berada di tempat umum

Terlihat sama, namun pengidap gangguan kecemasan sosial berbeda dengan pemalu. Karena yang dirasakan pengidap gangguan lebih ekstrim hingga sulit dalam menjalani aktivitas sehari-hari dalam bersosialisasi. Pengobatannya, dapat berupa konsumsi obat antidepresan atau terapi perilaku kognitif.

3.  Gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder (GAD))

Rasa cemas berlebihan yang dirasakan pengidap gangguan kecemasan umum akan menetap dalam waktu yang lama, bahkan hingga lebih dari 6 bulan lamanya. Seseorang akan merasa cemas dan overthinking pada banyak hal seperti keuangan, kesehatan, pekerjaan, juga keluarga.

Pengidap gangguan kecemasan umum biasanya sulit untuk berkonsentrasi dan sulit untuk merasa tenang dan santai. Dalam beberapa kasus, rasa cemas golongan ini dapat menimbulkan depresi. Berikut gejala yang dirasakan gangguan kecemasan umum

  • Keringat dingin disertai gemetar
  • Pusing hingga sakit kepala
  • Otot tegang
  • Lebih sensitif dan emosional
  • Sulit tidur
  • Jantung berdebar-debar
  • Mudah lelah
  • Sesak nafasTerlalu sering buang air kecil
  • Nafsu makan buruk

Gangguan kecemasan umum biasanya melakukan pengobatan dengan dua acara, yakni pemberian obat psikotropika atau obat penenang, dan psikoterapi oleh ahlinya.

Penyebab gangguan kecemasan

Pengidap gangguan kecemasan seringkali tidak mengetahui secara pasti apa kekhawatirannya. Namun, seperti gangguan mental lainnya, rasa cemas disebabkan oleh gagalnya saraf otak untuk mengontrol rasa takut.

Hal ini bisa terjadi akibat keturunan, trauma masa kecil atau trauma psikologis lainnya, quarter life crisis, efek samping penggunaan zat tertentu (kafein & narkotika), penyakit tertentu seperti hipertiroidisme, masalah endokrin, gula darah rendah, kekurangan kalsium, dan penyakit jantung.

Jika gejala-gejalanya ada padamu, segeralah berkonsultasi pada psikolog/psikiater untuk penanganan yang lebih tepat, ya!

Tinggalkan komentar

Semua komentar dimoderasi sebelum dipublikasikan